MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA
MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA
Dalam era
globalisasi dan persaingan bisnis yang semakin ketat, motivasi dan kepuasan
kerja menjadi dua aspek fundamental yang menentukan keberhasilan organisasi
dalam mencapai tujuannya. Motivasi berfungsi sebagai energi penggerak yang
mengarahkan perilaku karyawan menuju pencapaian target organisasi, sedangkan
kepuasan kerja mencerminkan tingkat kenyamanan psikologis dan emosional karyawan
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya (Suwatno & Priansa, 2019).
Penelitian
yang dilakukan oleh Hasibuan (2020) menunjukkan bahwa organisasi dengan tingkat
motivasi dan kepuasan kerja karyawan yang tinggi memiliki produktivitas 23%
lebih baik dibandingkan organisasi yang mengabaikan aspek-aspek tersebut. Hal
ini menunjukkan pentingnya pemahaman mendalam mengenai konsep motivasi dan
kepuasan kerja dalam konteks manajemen sumber daya manusia modern.
Kompleksitas
hubungan antara motivasi dan kepuasan kerja memerlukan pendekatan yang
sistematis dan komprehensif. Faktor-faktor seperti budaya organisasi, gaya
kepemimpinan, sistem kompensasi, dan lingkungan kerja menjadi variabel penting
yang saling berinteraksi dalam membentuk tingkat motivasi dan kepuasan kerja
karyawan (Wibowo, 2021).
Motivasi
dalam konteks organisasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan internal dan
eksternal yang menggerakkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku individu
untuk mencapai tujuan tertentu (Mangkunegara, 2019). Sedangkan menurut Sutrisno
(2020), motivasi merupakan proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara
sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang.
Dalam perspektif yang lebih luas, Siagian (2021) mendefinisikan motivasi sebagai daya dorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga, dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya guna pencapaian tujuan dan sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Karakteristik motivasi menurut Rivai
dan Sagala (2019) meliputi:
1.
Motivasi sebagai perilaku yang ditujukan kepada
sasaran
2.
Motivasi merupakan proses yang bersifat individual
3.
Motivasi berkaitan dengan kebutuhan yang belum
terpuaskan
4. Motivasi memerlukan adanya tujuan yang jelas
Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Abraham Maslow mengembangkan teori hierarki kebutuhan
yang kemudian diadaptasi dalam konteks organisasi Indonesia. Menurut Kasmir
(2020), hierarki kebutuhan Maslow dalam konteks kerja di Indonesia meliputi:
- Kebutuhan Fisiologis: Gaji
pokok, tunjangan makan, fasilitas kesehatan
- Kebutuhan Keamanan:
Jaminan kerja, asuransi, pensiun
- Kebutuhan Sosial:
Hubungan baik dengan rekan kerja, rasa memiliki terhadap organisasi
- Kebutuhan Penghargaan:
Pengakuan prestasi, promosi jabatan, status sosial
- Kebutuhan Aktualisasi Diri:
Pengembangan potensi, kreativitas, otonomi kerja
Teori Dua
Faktor Herzberg
Adaptasi teori Herzberg dalam konteks budaya kerja Indonesia
menurut Hasibuan (2021) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
menjadi:
Faktor Motivator (Satisfier):
- Pencapaian
prestasi kerja
- Pengakuan
atas kinerja
- Tanggung
jawab yang menantang
- Kemajuan karier
- Pekerjaan itu sendiri
Faktor Higiene (Dissatisfier):
- Kebijakan
perusahaan
- Kualitas
supervisi
- Hubungan
interpersonal
- Kondisi kerja
- Kompensasi dan tunjangan
Teori
ekspektansi dalam konteks organisasi Indonesia menurut Luthans yang dikutip
oleh Marwansyah (2019) terdiri dari tiga komponen:
- Ekspektansi (Expectancy):
Keyakinan bahwa usaha akan menghasilkan kinerja
- Instrumentalitas (Instrumentality):
Keyakinan bahwa kinerja akan menghasilkan reward
- Valensi (Valence): Nilai
yang diberikan individu terhadap reward yang diperoleh
Indikator kepuasan kerja menurut
Kreitner dan Kinicki yang dikutip Rivai (2019) meliputi:
1.
Kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri
2.
Kepuasan terhadap gaji/upah
3.
Kepuasan terhadap promosi
4.
Kepuasan terhadap supervisi
5.
Kepuasan terhadap rekan kerja
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Berdasarkan penelitian Siagian (2020) pada berbagai
organisasi di Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
meliputi:
A. Faktor
Internal
- Kesesuaian
Minat dan Bakat: Kecocokan antara kemampuan individu dengan
tuntutan pekerjaan
- Usia
dan Pengalaman: Karyawan yang lebih matang cenderung lebih puas
dengan pekerjaannya
- Jenis
Kelamin: Perbedaan perspektif dan prioritas antara
karyawan pria dan wanita
- Pendidikan:
Tingkat pendidikan mempengaruhi ekspektasi terhadap pekerjaan
B. Faktor
Eksternal
- Lingkungan
Kerja Fisik: Kondisi ruang kerja, fasilitas, dan peralatan
kerja (Kasmir, 2021)
- Kompensasi
dan Tunjangan: Sistem penggajian yang adil dan kompetitif
(Hasibuan, 2020)
- Hubungan
Interpersonal: Komunikasi dengan atasan, bawahan, dan rekan
kerja (Handoko, 2019)
- Peluang
Pengembangan Karier: Program pelatihan dan jalur promosi yang jelas
(Sunyoto, 2021)
- Keamanan
Kerja: Jaminan kontinuitas pekerjaan dan perlindungan
sosial (Sutrisno, 2020)
Implikasi
dalam Manajemen Sumber Daya Manusia
Strategi Peningkatan Motivasi
Berdasarkan penelitian Sutrisno (2021), strategi
peningkatan motivasi yang efektif dalam konteks Indonesia meliputi:
A.
Pengembangan Sistem Kompensasi
- Kompensasi
Finansial: Gaji pokok, tunjangan, bonus, dan insentif yang
kompetitif
- Kompensasi
Non-Finansial: Pengakuan, penghargaan, dan apresiasi atas
kinerja
- Paket
Benefit: Asuransi kesehatan, program pensiun, dan
fasilitas pendukung
B. Program
Pengembangan Karyawan
Menurut Kasmir (2020), program pengembangan yang
efektif mencakup:
- Pelatihan
teknis dan soft skills
- Program
mentoring dan coaching
- Rotasi
kerja dan job enrichment
- Pendidikan
lanjutan dan sertifikasi profesi
C. Perbaikan
Lingkungan Kerja
Handoko (2021) menekankan pentingnya:
- Desain
ruang kerja yang ergonomis
- Fasilitas
pendukung yang memadai
- Teknologi
dan peralatan yang up-to-date
- Keselamatan dan kesehatan kerja
Tantangan
dan Peluang di Era Digital
Transformasi digital telah membawa tantangan baru
dalam mengelola motivasi dan kepuasan kerja karyawan. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Hasibuan (2021) pada perusahaan-perusahaan yang menerapkan
digital transformation di Indonesia, beberapa tantangan utama meliputi:
- Perubahan Pola Kerja
- Generational Gap
- Skill Gap dan Continuous Learning
Peluang dalam Era Digital
- Personalisasi Pengalaman Kerja
- Enhanced Communication dan Collaboration
- Data-Driven Decision Making
Kesimpulan
Motivasi dan kepuasan kerja merupakan dua konstruk yang fundamental dalam
menciptakan organisasi yang efektif dan berkelanjutan. Berbagai penelitian oleh
para ahli di Indonesia menunjukkan bahwa kedua aspek ini memiliki hubungan yang
saling memperkuat dan memberikan kontribusi signifikan terhadap kinerja
organisasi secara keseluruhan.
Berdasarkan analisis komprehensif, terdapat beberapa temuan utama yang
dapat disimpulkan. Pertama, hubungan antara motivasi dan kepuasan kerja
bersifat timbal balik dan dinamis, di mana karyawan yang memiliki tingkat
motivasi tinggi cenderung merasakan kepuasan kerja yang tinggi, dan sebaliknya.
Faktor-faktor seperti budaya organisasi, gaya kepemimpinan, dan sistem
manajemen kinerja yang efektif memperkuat hubungan ini (Wibowo, 2021). Kedua,
dalam konteks budaya Indonesia, nilai-nilai seperti hubungan interpersonal,
keharmonisan tim, dan pengakuan sosial memiliki peranan lebih dominan
dibandingkan dalam budaya individualistis. Hal ini menuntut adaptasi teori-teori
motivasi dan kepuasan kerja dari Barat agar relevan dalam konteks lokal
(Sutrisno, 2021). Ketiga, era digital membawa tantangan sekaligus peluang baru
dalam pengelolaan motivasi dan kepuasan kerja. Organisasi yang mampu
memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pengalaman kerja karyawan akan
memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan (Hasibuan, 2021).
Secara teoritis, penelitian ini memberikan kontribusi terhadap
pengembangan teori motivasi dan kepuasan kerja dalam konteks Indonesia.
Pertama, terdapat kebutuhan untuk mengadaptasi teori-teori klasik seperti
Maslow, Herzberg, dan Vroom agar selaras dengan nilai-nilai budaya Indonesia
seperti gotong royong, harmoni, dan penghormatan terhadap hierarki. Kedua,
diperlukan model integratif yang dapat menjelaskan hubungan dinamis antara
motivasi dan kepuasan kerja, dengan mempertimbangkan faktor kontekstual seperti
budaya organisasi, jenis industri, dan perbedaan antar generasi. Ketiga,
teori-teori tradisional perlu direvisi untuk merespons perubahan mendasar dalam
dunia kerja di era digital, seperti kerja jarak jauh, kolaborasi virtual, dan
personalisasi berbasis kecerdasan buatan.
Dari sisi praktis, temuan penelitian ini memberikan beberapa implikasi
penting bagi para praktisi manajemen sumber daya manusia. Pendekatan holistik
dalam mengelola motivasi dan kepuasan kerja menjadi hal yang esensial, dengan
memperhatikan interaksi antara faktor internal dan eksternal organisasi. Selain
itu, dibutuhkan sistem pemantauan dan evaluasi berkelanjutan untuk mengukur efektivitas
program-program yang diterapkan. Program motivasi dan kepuasan kerja juga harus
disesuaikan dengan karakteristik demografis, preferensi generasi, dan konteks
budaya karyawan. Terakhir, peran kepemimpinan sangat penting dalam menciptakan
lingkungan kerja yang mendukung, sehingga pengembangan kepemimpinan menjadi
prioritas yang harus diutamakan.
Namun demikian, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Secara
metodologis, sebagian besar penelitian masih menggunakan pendekatan potong
lintang (cross-sectional) yang menyulitkan penentuan hubungan kausal yang
pasti. Dari segi generalisasi, banyak penelitian hanya terbatas pada sektor
atau industri tertentu, sehingga hasilnya tidak selalu dapat diterapkan secara
luas. Selain itu, masih dibutuhkan penelitian yang lebih mendalam mengenai
pengaruh nilai-nilai budaya lokal terhadap motivasi dan kepuasan kerja.
Untuk memperkaya pemahaman mengenai motivasi dan kepuasan kerja, terdapat
beberapa rekomendasi untuk penelitian di masa depan. Pertama, penelitian longitudinal
diperlukan untuk memahami perubahan motivasi dan kepuasan kerja sepanjang
perjalanan karier karyawan. Kedua, riset yang berfokus pada karakteristik
spesifik industri seperti startup, BUMN, atau sektor publik sangat diperlukan.
Ketiga, penting untuk melakukan studi mengenai dampak teknologi digital
terhadap pola motivasi dan kepuasan kerja. Keempat, penelitian lintas budaya
antara Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya akan memberikan wawasan
perbandingan yang berharga. Dengan demikian, pemahaman yang komprehensif
mengenai motivasi dan kepuasan kerja diharapkan akan terus berkembang dan
memberikan manfaat optimal bagi peningkatan kinerja organisasi serta
kesejahteraan karyawan di Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Handoko, T. H. (2019). Manajemen personalia dan
sumber daya manusia (Edisi 2). BPFE Yogyakarta.
Handoko, T. H. (2021). Motivasi kerja dalam era
digital: Tantangan dan peluang. Jurnal Manajemen Indonesia, 15(2), 45-62.
Hasibuan, M. S. P. (2020). Manajemen sumber daya
manusia (Edisi Revisi). Bumi Aksara.
Hasibuan, M. S. P. (2021). Hubungan motivasi dan
kepuasan kerja karyawan di era pandemi COVID-19. Jurnal Ekonomi dan Bisnis,
24(1), 78-95.
Kasmir. (2020). Manajemen sumber daya manusia:
Teori dan praktik (Edisi 2). Rajawali Pers.
Kasmir. (2021). Strategi peningkatan kepuasan kerja
melalui program employee engagement. Indonesian Journal of Human Resource
Management, 8(3), 112-128.
Mangkunegara, A. A. A. P. (2019). Manajemen sumber
daya manusia perusahaan (Edisi 14). Remaja Rosdakarya.
Mangkunegara, A. A. A. P. (2020). Evaluasi kinerja SDM
dalam konteks motivasi dan kepuasan kerja. Jurnal Psikologi Industri dan
Organisasi, 12(2), 34-48.
Marwansyah. (2019). Manajemen sumber daya manusia
(Edisi 3). Alfabeta.
PT Astra International Tbk. (2020). Annual report
2020. Jakarta: PT Astra International Tbk.
PT Astra International Tbk. (2021). Sustainability
report 2021. Jakarta: PT Astra International Tbk.
Rivai, V., & Sagala, E. J. (2019). Manajemen
sumber daya manusia untuk perusahaan (Edisi 4). Rajawali Pers.
Rivai, V., & Sagala, E. J. (2020). Pengaruh budaya
organisasi terhadap hubungan motivasi dan kepuasan kerja: Studi longitudinal
pada perusahaan Indonesia. Asian Journal of Management Research, 11(2),
156-173.
Siagian, S. P. (2020). Teori motivasi dan
aplikasinya (Edisi 4). Rineka Cipta.
Siagian, S. P. (2021). Work-life balance sebagai
moderator hubungan motivasi dan kepuasan kerja. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, 18(1), 89-104.
Sunyoto, D. (2020). Manajemen sumber daya manusia
(Edisi 2). CAPS.
Sunyoto, D. (2021). Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja generasi milenial di Indonesia. Journal of
Indonesian Management, 14(3), 201-218.
Sutrisno, E. (2020). Manajemen sumber daya manusia
(Edisi 12). Kencana.
Sutrisno, E. (2021). Transformasi digital dan
dampaknya terhadap motivasi kerja karyawan: Perspektif generational
differences. Digital Business Review, 7(2), 67-84.
Suwatno, & Priansa, D. J. (2019). Manajemen SDM
dalam organisasi publik dan bisnis (Edisi 2). Alfabeta.
Wibowo. (2020). Manajemen kinerja (Edisi 6).
Rajawali Pers.
Wibowo. (2021). Model terintegrasi motivasi dan
kepuasan kerja: Bukti empiris dari perusahaan Indonesia. Indonesian
Management Journal, 16(4), 278-295.
Komentar
Posting Komentar