Langkah-langkah penanganan krisis Internal dan Eksternal

Langkah Penanganan Krisis Internal dan Eksternal

Krisis merupakan sebuah kondisi berbahaya, genting, dan sebagainya yang tidak diharapkan untuk terjadi. Sayangnya, krisis selalu muncul dalam dinamisnya kehidupan tak terkecuali pada sebuah organisasi dan perusahaan. Guna mengatasi semakin buruknya keadaan, manajemen krisis pun harus segera dilakukan.

Krisis adalah situasi yang dapat mengancam keberlangsungan organisasi atau perusahaan jika tidak ditangani dengan tepat. Artikel ini membahas langkah-langkah untuk menangani krisis baik secara internal maupun eksternal. Dengan mengacu pada penelitian dan studi terbaru, artikel ini memberikan wawasan strategis dalam mengelola krisis melalui pendekatan yang terstruktur dan efektif. Penanganan yang komprehensif melibatkan identifikasi krisis, respons awal, implementasi strategi pemulihan, hingga evaluasi pasca-krisis. Artikel ini juga menyoroti pentingnya komunikasi yang transparan dan kepemimpinan yang tangguh dalam mengelola krisis. Referensi yang digunakan berasal dari literatur terbaru di atas tahun 2015 untuk memastikan relevansi dengan dinamika organisasi modern.

Pengertian Manajemen Krisis

Secara umum krisis dapat digambarkan sebagai sebuah kejadian atau momen tidak stabil yang tidak diharapkan dan berpotensi menimbulkan terjadinya kekacauan serta perubahan yang mengancam. Adapun tiga elemen umum untuk mendefinisikan krisis adalah ancaman bagi organisasi, unsur kejutan, dan keputusan dalam waktu singkat.

 Sebagian besar para ahli juga menilai bahwa krisis dapat memberi pengaruh buruk serta merusak tatanan yang ada. Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah upaya untuk mengendalikan situasi demi menekan berbagai risiko buruk.

Di sinilah manajemen krisis berperan. Manajemen krisis dapat diartikan sebagai suatu bentuk respon dan upaya dalam menyikapi serta memecahkan masalah dari krisis yang muncul melalui strategi manajemen krisis yang mungkin untuk dilakukan. 

Manajemen krisis berbeda dengan manajemen risiko yang melibatkan unsur penilaian potensi ancaman sekaligus cara terbaik untuk menghindari ancaman—artinya tindakan ini dilakukan sebelum sebuah kejadian (risiko) terjadi. Manajemen krisis justru dilakukan ketika ancaman atau peristiwa krisis tersebut terjadi. 

Beberapa keterampilan dalam manajemen krisis yang dibutuhkan adalah mengidentifikasi, menilai, memahami, dan mengatasi situasi yang serius. Selain itu, manajemen krisis didasarkan pada bagaimana metode menghadapi krisis, membuat keputusan ketika di tengah kondisi kritis, dan memantau perkembangan krisis.

Dalam dunia bisnis dan organisasi, krisis merupakan situasi yang tidak dapat dihindari sepenuhnya. Menurut Coombs (2019), krisis adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang berpotensi merusak reputasi, keuangan, dan stabilitas organisasi. Krisis dapat berasal dari faktor internal seperti kesalahan manajemen atau eksternal seperti bencana alam dan perubahan kebijakan pemerintah.

Manajemen krisis bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif dari krisis serta menjaga keberlangsungan operasional organisasi. Artikel ini akan menguraikan langkah-langkah dalam menangani krisis internal dan eksternal berdasarkan literatur dan praktik terbaik terkini.

Krisis dapat terjadi kapan saja dan sering kali tanpa peringatan. Organisasi harus memiliki kemampuan untuk mengenali tanda-tanda awal krisis dan merespons dengan cara yang efektif. Dalam konteks ini, krisis internal dan eksternal memiliki karakteristik yang berbeda namun saling terkait. Langkah strategis yang dibahas dalam artikel ini bertujuan untuk membantu organisasi dalam membangun ketahanan dan meminimalkan dampak krisis.

1. Definisi dan Jenis Krisis

Krisis dapat dibagi menjadi dua kategori utama:

·         Krisis internal:

Ø  Kesalahan operasional (Gittell, 2016).

Ø  Konflik internal atau penurunan moral karyawan (Kim & Mason, 2018).

Ø  Kebocoran data atau kegagalan teknologi (Smith et al., 2020).

·         Krisis eksternal:

Ø  Perubahan regulasi atau kebijakan pemerintah (Anderson, 2017).

Ø  Bencana alam atau pandemi (Kapucu & Ustun, 2020).

Ø  Krisis reputasi akibat ulasan negatif publik (Coombs, 2019).

2. Langkah-Langkah Penanganan Krisis Internal

Krisis internal melibatkan masalah-masalah yang berasal dari dalam organisasi, seperti konflik antar karyawan, kesalahan manajemen, atau penurunan moral kerja

2.1 Identifikasi Masalah

Langkah awal adalah mengidentifikasi sumber masalah. Menurut Kim dan Mason (2018), penting untuk memiliki sistem pemantauan internal yang dapat mendeteksi potensi masalah sebelum menjadi krisis besar.

Lakukan analisis mendalam untuk mengidentifikasi akar masalah. Gunakan metode seperti SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk memahami sumber masalah.

2.2 Respons Awal

Respons cepat diperlukan untuk mengendalikan situasi. Hal ini melibatkan pembentukan tim manajemen krisis dan pengkomunikasian situasi kepada pemangku kepentingan internal.

Dorong komunikasi transparan antara manajemen dan karyawan. Berikan saluran komunikasi untuk menyampaikan keluhan atau saran secara aman.

2.3 Pemulihan Operasional

Pemulihan mencakup:

·         Restrukturisasi internal jika diperlukan.

·         Implementasi pelatihan ulang bagi karyawan.

·         Mengatasi akar masalah operasional (Gittell, 2016).

2.4 Evaluasi Pasca-Krisis

Setelah situasi terkendali, organisasi harus melakukan evaluasi menyeluruh untuk mencegah krisis serupa di masa depan.

Evaluasi ulang kebijakan dan prosedur internal. Adakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan manajerial dan operasional karyawan.

2.5. Penggunaan Teknologi

Manfaatkan teknologi untuk memantau performa organisasi dan mengidentifikasi potensi masalah sebelum berkembang menjadi krisis.

Studi Kasus

Menurut penelitian oleh Smith et al. (2020), perusahaan yang menerapkan pendekatan berbasis komunikasi dan pelatihan karyawan menunjukkan peningkatan resolusi konflik internal hingga 40%.

3. Langkah Penanganan Krisis Eksternal

3.1 Analisis Situasi

Menurut Kapucu dan Ustun (2020), analisis mendalam terhadap sumber krisis eksternal, seperti dampak bencana atau perubahan regulasi, sangat penting untuk menentukan strategi penanganan.

Identifikasi potensi ancaman eksternal melalui analisis risiko secara berkala. Gunakan alat seperti PESTLE (Political, Economic, Social, Technological, Legal, Environmental).

3.2 Komunikasi dengan Pemangku Kepentingan

Komunikasi yang efektif dengan pihak eksternal seperti pelanggan, pemerintah, dan media adalah langkah penting dalam menjaga reputasi organisasi (Coombs, 2019).

3.3 Mitigasi dan Adaptasi

  • ·       Mitigasi risiko melalui diversifikasi bisnis.
  • ·         Adaptasi terhadap perubahan lingkungan dengan inovasi produk atau layanan.

3.4 Kolaborasi dengan Pihak Eksternal

Bekerjasama dengan pihak eksternal seperti pemerintah, lembaga bantuan, dan organisasi non-pemerintah dapat mempercepat pemulihan.

4. Peran Teknologi dalam Manajemen Krisis

Teknologi memiliki peran penting dalam:

  • ·         Pemantauan: Menggunakan sistem berbasis AI untuk mendeteksi potensi masalah (Smith et al., 2020).
  • ·         Komunikasi: Platform digital untuk komunikasi cepat dan efisien.
  • ·         Evaluasi: Analisis data untuk menentukan efektivitas langkah-langkah yang telah diambil.

5. Studi Kasus

5.1 Studi Kasus Krisis Eksternal: Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 memaksa banyak organisasi beradaptasi. Menurut Kapucu dan Ustun (2020), perusahaan yang berhasil adalah yang mampu beralih ke model bisnis digital dengan cepat.

5. Studi Kasus

5.1 Studi Kasus Krisis Eksternal: Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 memaksa banyak organisasi beradaptasi. Menurut Kapucu dan Ustun (2020), perusahaan yang berhasil adalah yang mampu beralih ke model bisnis digital dengan cepat.

Kesimpulan

Manajemen krisis yang efektif membutuhkan perencanaan, respons cepat, dan evaluasi berkelanjutan. Baik dalam krisis internal maupun eksternal, komunikasi yang transparan dan kepemimpinan yang tangguh adalah kunci keberhasilan. Dengan mengintegrasikan teknologi dan pembelajaran dari krisis sebelumnya, organisasi dapat meningkatkan ketahanan mereka.

Daftar Pustaka

1.       Anderson, C. (2017). Regulatory changes and their impact on organizational stability. Journal of Policy and Management, 45(3), 234-245.

2.      Coombs, W. T. (2019). Ongoing Crisis Communication: Planning, Managing, and Responding (5th ed.). Sage Publications.

3.      Gittell, J. H. (2016). Transforming Relationships for High Performance: The Power of Relational Coordination. Stanford University Press.

4.      Kapucu, N., & Ustun, Y. (2020). Pandemic response: A case study of COVID-19. International Journal of Disaster Risk Reduction, 52, 101-115.

5.      Kim, Y., & Mason, R. B. (2018). Internal crisis communication and its effects on organizational performance. Corporate Communications: An International Journal, 23(1), 123-139.

6.      Smith, A., Brown, C., & Wang, L. (2020). The role of artificial intelligence in crisis detection and management. AI and Society, 35(4), 567-582.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komunikasi Efektif